Buya Yahya - Kitab Bidayatul Hidayah dan Kitab Sulukil Adabil Murid

Irfan Irawan
0
BUYA YAHYA ZAINUL MA’ARIF
Dari Kitab Bidayatul Hidayah dan Kitab Sulukil Adabil Murid
==================================================
Adab Seorang Guru:

Menjadi seorang guru tidaklah mudah, di dalamnya terdapat banyak criteria dan persyaratan sehingga dia layak disebut guru, atau ustadz. Di antaranya adalah.
1. Berahlaq baik
2. Meneladani Rasulullah saw
3. Mempunyai sanad guru yang terpercaya
4. Ikhlas dan istiqomah dalam hal ibadah
5.
Adab seorang murid terhadap gurunya:
1. Patuh dan taat terhadap perintah guru
2. Focus dalam memperhatikan materi yang dibawakan, mata jangan jelalatan
3. Tidak menyela ketika sang guru mennerangkan
4. Hanya bertanya setelah maminta izin ke sang guru
5. Beradab dalam menyampaikan perbedaan pendapat 

Sangahan KERAS terhadap tuduhan as-Sunnah:


Masalah khilafiyyah atau perbedaan sudah menjadi hal yang maklum dan disepakati tiadak ada masalah oleh semua Ulama di dunia ini, namun akhir-akhir ini ada sekelompok orang yang mengaku sebagai ahlussunnah wal jama’ah, akan tetapi mereka menentang amaliah khaul Ulama bahkan mereka berani mangkafirkan dan mencap pelakunya sebagai ahli bid’ah, Naudzubillah..
1. Kitab Barjanzi adalah kitab paling sesat karena mengkultuskan Nabi Muhammada saw.
Ini merupak tuduhan palign konyol yang pernah diungkapkan seorang manusia yang pernah ada di muka bumi. Mereka berkata tanpa dasar ilmu, dari segi mana kitab Maulid ini dikatakan sesat. Kalo mereka mengatakan isi dari bait syair yang terlalu menyanjung Nabi saw, ini adalah salah. Coba kita tengok makna dan isi dari syair, semua itu adalah sanjungan yang wajar dan masih dalam lingkup sanjungan mahluk untuk mahluk paling mulia yang Allah ciptakan. Di dalam Al-Quran disebut dengan jelas “Sesungguhnya Allah dan malaikat bersholawat atas nabi, wahai manusia sekalian yang beriman bersholawatlah kepada nabi dan semoga engkau selamat dan termuliakan” 



Tidak ada celah dari manapun untuk melarang memuji nabi saw, tidak ada pengkultusan di dalamnya. Apakah mereka yang bernama as-Sunnah merasa cemburu ketika nabinya dipuji? Bukankah banyak para sahabat memuji nabi dengan syair dan doa, tapi nabi tidak melarang, apakah mereka lebih pintar dari aqidah yang dimiliki para sahabat? Apakah mereka menentang sahabat? Tak tahukah bahwa dalam riwayat ada seorang yang datang ke nabi saw dan memuji Beliau dengan syairnya, tahukah anda? Sahabat tadi malah diberi burdah [selendang] oleh nabi, itulah aqidah yang benar, para sahabat tahu mana aqidah dan mana itu bid’ah.

2. Posisi orang tua Nabi Muhammad saw adalah selamat
Mereka menentang kalimat di atas. Naudzubillah, lancang benar mereka mengatakan hal demikian, ini secara tidak langsung mereka mangatakan bahwa orang tua nabi tempatnya adalah tidak selamat. Tahukah mereka tentang aqidah ahlussunnah wal jama’ah yang sesungguhnya? Dalam aqidah kita telah jelas dijelaskan bahwa kalimat di atas adalah benar adanya, hal ini ternash dalam ayat Al-Quran yang menerangkan bahwa orang yang berada dalam masa Fatroh [masa kosong dari kenabian dimana tidak ada utusan Allah yang membawa syariat] adalah mereka tidak dihisab, alias mereka bebas akan dosa, dengan kata lain mereka berada di surga Allah swt. Jika mereka berani menentang khaul para Ulama di atas maka sesungguhnya hakikatnya menyinggung perasaan rasulullah, sunggung lancang mereka ini, inikah aqidah yang benar?

3. Kitab barjanzi lebih mulia dari Al-Quran
Ini adalah finah dari fitnah yang pernah dilayangngkan kepada kami, coba kita bertanya kepada orang yang paling awam sekalipun dari para pengamal kitab Maulid, mana yang paling mulia, dengan polos pasti mereka mejawab Al-Quran lah yang termulia. Jika mereka berkata demikian, berarti mereka memfonis tanpa bukti otentik yang valid, inikah aqidah yang benar, yang menyebar fitnah ke sesama muslim? Sungguh konyol dan ironis.

4. Al-barjanzi sang pengarang kitab, di cap kafir karena mendoakan keluarga Nabi saw [Fatimah az-Zahro] dalam bait sayir doa “Ya Allah muliakanlah keluarga Fatimah”

Satu lagi bentuk kecemburuan yang sangat konyol dan menjijikkan, betapa tidak masa kita sebagai umat Beliau saw dilarang mendoakan anak dari mahluk paling mulia, yang nabi saw sendiri tidak terhitung mendoakan Siti Fatimah ra. Orang bodoh paling bodoh pun akan tertawa mendengar ocehan mereka ini, dan kami merasa heran dari mana mereka mendapat guru yang mengajarkan pemikiran ini, ataukah mereka Cuma ingin memecah belah ummat untuk memuaskan golongan tertentu? Anda semua bisa menilainya.

5. Bahkan kitab Daiba’, Burdah adalah lebih sesat
Mereka melanjutkan ocehannya dengan mengajukan kalimat di atas. Astagfirullah, kami Cuma bisa menaggapinya demikian. Sudah menjadi maklum semua kitab maulid pada umumnya menerangkan riwayat hidup nabi saw dan bait syair pujian kepada beliau saw. Sesat dari mana mereka mengatakan hal demikian? Dari Hongkong? Perlu untuk diketahui bahwa shohibul Maulid adalah generasi yang paling mengerti sunnah, mereka telah hafal beribu hadist shohih, bahkan palsu dengan sanad dan asbabul wurudnya, mereka sang penulis ra. adalah yang paling mengerti apa itu aqidah. Muncul ulama su’ [palsu] zaman sekarang yang menentang ilmu ulama salafunas sholih. Hanya Allah lah yang mempunyai kebenaran yang hakiki.

6. Kata sayyidina tidak dicontohkan Nabi saw
Ini merupakan pembahasan furuiyyah [cabang] yang bisa mendapatkan berbagai macam pendapat. Tetapi coba lihat ulama zaman dahulu saling menghormati perbedaan ini, mereka sangat takut menyakiti perasaan saudaranya. Menanggapi hal ini, apakah salah mengucap sayidina [yang mulia]? Jawabnya tentu boleh saja bahkan dianjurkan mengingat posisi dan derajat nabi saw sangat tinggi di sisi mahluk dan di sisi Allah swt. Main logika juga boleh, missal ketika kita memanggil atasan kita, sopan kah kita memanggil namanya langsung, Ahmad misalnya, tentunya tidak bukan, minimal kita memanggil Bapak Ahmad, Tuan Ahmad, baru itu sopan. Lah ini lebih penting mana sopan dengan nabi saw dengan Atasan kita? Dengan logika ini saja sudah konyol alasan di atas. Bahkan Allah sendiri menyebut nabi Zakariya dengan sebutan yaa zakariya. Ini merupakan tambahan sebutan dari Allah kepada beliau As. Dan tentunya lebih pantas ketika kita menyebut sayyidul Nabi saw, dengan kata Sayyidina menandakan penghormatan yang agung kepada beliau saw. 

7. Mengenai Qunut di waktu subuh adalah bid’ah yang tak berdasar
Lagi-lagi masalah furuiyyah yang dibahas. Sebenarnya banyak sumber hokum yang kuat yang menguatkan posisi amaliah qunut dalam sholat subuh, tidak main-main sumbernya adalah hadist shohih dari perawi yang masyur seperti Bukhori-Muslim, Tirmidzi, Annas, Hakim, dll. Dalam riwayat ketika terjadi peristiwa pembantaian para shohabat [perang], banyak diantara mereka wafat lebih dari 70 orang. Hal ini membuat nabi saw prihatin sekaligus marah dengan musuh Allah, maka rasul saw melakukan qunut manjilah pertanda doa di waktu yang genting untuk mencari keriidhoan Allah. Dari sini mereka [as-sunnah] setuju, tetapi untuk waktu subuh mereka menolaknya.

UNTUK MENGETAHUI PROFIL BELIAU SILAHKAN KUNJUNGI DI:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)