Seperti yang ada dalam al-Quran Allah berfirman: "wafidzalika falyatanafasil mutanafisun...", sudah sepantasnya kita bergegas untuk taat kepada Allah SWT. Bagaimana caranya? tentunya dengan "attiullaha warrosul" dengan mentaati Allah dan Rosul saw. namun yang terjadi akhir2 ini malah sebaliknya banyak diantara umat Islam malah pada berdebat, beradu argumen, bakan saling lempar cacian satu sama lain. Itulah kenyataanya, yang sampai hari ini belum bisa hilang, entah kenapa? dan jawabannya adalah karena belum bersatunya antara hati, pikiran dan tindakan kita untuk mengabdi kepada Allah dan Rasul NYA.
Terkadang mulut ini dengan gampangnya mengaku salah, "Ya Allah saya ngaku mulut ini banyak dosa, ya Allah betapa hinanya diri ini, dsb" namun terkadang yang membuat lucu adalah keesokan hari nya tetep saja kakinya melangkah ke maksiat. Kadang juga hati ini berbisik lirih "ya Allah hati ini penuh dosa, banyak berprasangka buruk pada orang lain, menggunjing, dll" Lalu keesokan harinya dengan mudahnya mata ini melirik ke barang yang diharamkan Allah. Betapa sulitnya mengatur diri ini, itu baru satu orang belum kita ngatur satu keluarga, desa, bahkan negara.
Belum lagi pernah suatu ketika hati ini pengen baca al-Quran, tapi kita sering terjebak oleh kesibukan yang semu, tanpa sadar niat tadi terabaikan. Ya itulah manusia, kapan ya semua elemen tadi bisa akur, antara hati, pikiran, dan tindakan, ya pastinya ketika kita sarapan, kita merasa lapar, kita mikir beli sarapan, dan mudah sekali kaki ini melangkah untuk mencari sarapan tadi. Ayolah mudahnya melakukan hal tadi, tapi kadang lain halnya ketika mata ini diajak untuk bangun malem, selalu aja mata protes, waduh ngantuk, telinga ditutup rapat2, setan bisikan "udah jangan didenger, masih dingin entar lagi nunggu adzan subuh aja". Bisa tidak menyatukan itu semua dalam ranah Ibadah seperti mudahnya gerak untuk mencari sarapan tadi? Hayoo..? Itu sepenggal cuplikan ceramah Beliau Kang Ayip Muh ketika menerangkan tafsir Jalalain, teks dialog diatas aslinya bahasa Cirebon dan saya coba visualisasikan tanpa tujuan merubah esensi arti sebenarnya yang beliau sampaikan.
"Mari" kita bersatu..!!! semboyan itu sering kita dengar, ya itu si namanya berhenti beneran (Mari dalam bahasa cirebon artinya berhenti). Makannya ga usah lah kita mengejek, merendahkan orang lain ketika mereka belum berbuat baik, diri sendiri dulu lah yang harus dipertanyakan sudah bagus belum?, tambah Beliau menjelaskan. Ternyata sulit kan, ngusrus diri sendiri..??? Paling sulitnya diatur adalah ketika mengatur diri sendiri, tandas Beliau.
Sungguh Allah berfirman "ainal yasrobu fihal mukorrobuun {yang minum (air surga) ini adalah mereka yang dekat dengan Allah}". Sungguh nikmanya menjadi seorang yang diberi titel gelar oleh Allah "Mukorrobuun" - yang dekat dengan Allah, tapi untuk mencapai hal demikian tidaklah mudah, banyak kenyataan dilihat dari sejarah bahkan sampai sekarang, orang yang mencoba dekat dengan Allah malah dicaci, dimaki, dihina, malahan difitnah. Seperti ejekan Abu Jahal kepada kaum Muslimin pada waktu itu "kaanuu inalladiina amanuu yadhakuun {meraka kepada (orang islam) menertawakan}". Wah aneh banget tu orang Islam, kolot, itu lihat Bilal ngapain dia manggil2 orang gak jelas gitu.. {padahal Bilal Ra sedang mengumandangkan Adzan}, dan masih banyak lagi hinaan kaum kafir pada saat itu.
Nah, sekarang juga itu masi berlaku, ini pengalaman Beliau (kang Ayip) sendiri. Ketika beliau diundang rapat, pas dhuhur beliau izin untuk sholat, ehh malah dibelakang ada yang ngomongin "walah, itu liat, masa lagi rapat kok malah izin sholat, yaa entar lagi napa??". Pas beliau beliau diundang di suatu tempat karena malem, maka terpaksa harus bermalah di hotel, kebetulan yang punya hotel kenal dengan beliau, ketika tidur di spring bad beliau gak betah, karena terasa aneh, terlalu empuk. Makannya beliau tarik selimut, dan tidur di bawah beralaskan selimut. Pas itu pengurus hotel berkunjung ke kamar beliau, loh kok kang Ayip napa tidur disini??? ah, ga enak tidur di atas, saya sih biasa tidur begini, kalo tidur diatas kerasa aneh hidup gitu aksurnya, jawab kang Ayip. Wah panjenengan sih mantep banget kampungnya kang, sahut orang tadi. Dibalas lagi oleh Beliau, ya mendingan saya to kampungnya mateng, daripada ente kota nya masih belum mateng, heee Beliau tertawa ringan. Ada lagi omongan miring kepada orang yang mencoba dekat dengan Allah, "itu looh, golongan masjid, masa makan gak mau pake sendok, pake jari cuma tiga, khawatir makanannya cepet abis, zaman sekarang kok mikiri halal gini ga boleh gitu gak boleh, looh kok belum dapet udah dilarang gitu, ga mikir napa cari makan itu susah yang penting kang perut ini berisi, dll" Masih banyak lagi ejekan lainnya.
Wah dasar orang aneh, tambah orang2 zaman sekarang ngejek "itu lihat, iya kan, makannya jangan sok suci, makannya dari dulu pe sekarang cuma naik sepeda, motor butut padahal liat kami ini udah mobil mewah, tuh kan itu dia orang Islam biang keributan, Islam tu teroris, dsb". Benar saja tambah beliau, dulu pengajian ini juga banyak dicurigai, ada statement yang parah lagi" Pesanteren sekarang sudah dikuasai oleh para ekstrimis garis keras, dll". Yaah biarkan saja orang ngomong gitu entar juga capek sendiri, yang penting kita tidak begitu.
Pada akhirnya tujuan kita adalah akhirat, muslimin akhirnya tempatnya baik, musyikin akhir tempatnya buruk. Tapi jangan salah pengertian dulu tentang definisi orang kafir atau sejenisnya jika Allah berkehendak sangatlatlah mudah membalikan hati, tetaplah kita wajib hormati mereka selagi mereka menghormati kita. Di alam akhirat pun, kita para muslimin ketika diperlihatkan oleh Allah keaddan orang kafir di neraka, orang muslim cuma senyum kecil, merasa iba dengan mereka, tanpa mencacimaki, ato menertawakan mereka orang kafir. "Hal suwiba kuffaru ma kanu yafaluun" - bakal dibales segala perbuatane orang kafir. Disinilah indahnya tuntunan Islam, oleh karenanya tak patut orang islam itu tertawa berlebihan, ato ngakak tanpa bats, itu tertawa gaya setan, apalagi seorang cewek, pasti hilang wibawanya, meskipun cantik terlihat jelek, tambah beliau menjelaskan.
Jangan terlalu terobsesi dengan ususan dunia, kalo terlalu ya panas juga sii, coba liat gini gambarannya, beliau menjelaskan, "ibarat kita duduk di kursi yang kakinya empat, ketika satu kakinya retak ato digoyang orang, ya pasti duduk kita tidak tenang too??, ditanya sapa yang narik kursiku? gatau bukan saya kata yagn sebelahnya, padahal dia juga yang narik". gambaran itulah lika liku perebutan kursi kekuasaan dunia. Akhirnya beruntung orang yang mencoba menyatukan hati, akal dan perbuatan menuju jalan keridoan Allah dan Rasul Nya.
Bandung : 27 Maret 2010 at : 02:52 A.M