Adab Menuliskan Nama Nabi
SAW (Tanya jawab dengan Habib Lutfi bin Yahya)
Asslamualaikum Wr. Wb.
Habib Luthfi yang saya
muliakan, saya sering membaca tulisan, baik di koran, di majalah, maupun di
buku, tentang Nabi Muhammad Saw, yang namanya ditulis tidak lengkap, kadang
malah disebut Muhammad saja. Begitu juga dengan penyebutan sahabat nabi Saw,
seperti Sayyidina Abu Bakar Ra, Sayyidina Umar Ra, Sayyidina Ustman Ra, dan
Sayyidina Ali Ra. Mereka hanya menuliskan Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.
Saya merasa tulisan itu
kurang menghormati dan termasuk su’ul adan (adab yang buruk).
Waalaikumsalam Wr.Wb.
Abdul Haq
Bogor
Waalaikumsalam Wr.Wb
Memang begitulah
seharusnya menuliskan nama Rasul atau Nabi dengan gelarnya. Begitu juga dengan
para sahabat nabi Muhammad Saw, yang telah mendapatkan ridha Allah Swt,
sehingga mendapatkan sebutan “Radiyyallahu
‘anhum/anhuma”.
Khusus untuk Nabi Muhammad
Saw, perintah untuk membacakan shalawat apabila namanya disebutkan, bukan
sekedar perintah manusia, tetapi perintah dari Allah SAwt. Dalam Al Quran
disebutkan, “ sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikt-Nya bershalawat untuk
Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi, dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. “ (QS: Al Ahzab: 56).
Jika Allah Swt dan
malaikat saja bershalawat kepada Nabi Saw, junjungan kita, kitapun harus
demikian.
Dalam menulis nama Allah
dalam suatu tulisan, pertama kita tulis dengan lengkap, yaitu Allah subhanahu
wataala (SWT) atau Allah taala saja. Selanjutnya boleh kita tulis Allah saja,
tetapi dengan niat dan harapan agar para pembacanya menambahkan sendiri bacaan
Subhanahu wa Taala (SWT) atau Taala dalam hati.
Begitu juga untuk menulis
nama Nabi Muhammad Saw, kita tulis dengan lengkap, dengan tambahan shalallahu
alaihi wasalam (SAW), atau didepannya bisa ditambahkan sayyidina atau baginda,
atau sebutan penghormatan lain. Nah, baru dipenulisan berikutnya, bisa ditulis
Nabi Saw, Rasulullah Saw, atau Nabi atau Rasulullah saja. Tidak sopan untuk menyebut nama Nabi, junjungan kita
hanya dengan Muhammad saja, meski pada awal tulisan sudah kita sebut namanya
secara lengkap dengan gelarnya.
Bagi pembaca, bila
dituliskan nama Allah, sebaiknya mengucapkan Subhanahu wa Taala, atau Taala.
Dan jika dituliskan nama Nabi atau Rasulullah saja, ada baiknya mengucapakan
shalallahu alaihi wasalam di dalam hati.
Untuk para sahabat,
berlaku begitu juga. Untuk awal tulisan, kita tulis Sayyidina Abu bakar
Radiallahu anhu (RA). Untuk penulisan selanjutnya, cukup ditulis Sayyidina Abu
Bakar atau Abu bakar saja.
Mengapa para sahabat
mendapat gelar Radiallahu ‘anhu, sebab Allah sendiri telah mengucapkan keridhaanNya
kepada mereka, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan
Muhajirin dan Anshar dan orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha pada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir, sunga–sungai didalamnya selamanya. Mereka kekal
didalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS: At-TAubah (9): 100).
(Al Kisah no 11/tahun
VII/1-14 Juni 2009)
Sumber Habib Lutfi bin
Yahya