Alasan Mencintai Habaib
Artikel ini diambil dari
website teman saya, Habib Rifqi Al Hamid
Ajdaduna wa Ashlafuna
Shalihien
Kata Habib secara bahasa
merupakan wazan fa’il dengan makna muhibbun artinya orang yang mencintai, dan
bisa juga mahbubun yang berarti orang yang dicintai. Di Indonesia, kata Habib
ini digunakan untuk panggilan kepada itroturrasul saw atau anak cucu keturunan
Rasulullah saw. Tersebut dalam Kitab Syarah ‘Uqudullujjain fi bayani
huquqizzaujain, karya Syeikh Annawawiy AlBantani, sebagai berikut :
Menurut istilah sebagian
orang, bahwa anak cucu Rasulullah saw apabila laki-laki disebut Habib, dan jika
wanita disebut Habbabah. Sedangkan istilah kebanyakan orang adalah Sayyid dan
Sayyidah.
Sudah barang tentu leluhur
para Habaib datang ke berbagai penjuru dunia, termasuk juga ke Indonesia,
adalah untuk nasyrud da’wah, menyiarkan dakwah. Hal tersebut dapat diketahui
dari tarikh masuknya Islam ke berbagai negara di dunia ini, bukan hanya
Indonesia.
Habaib yang berada di
Indonesia ini, terutama yang kami ketahui di Jabodetabek dan tanah jawa, tiap
pribadi mereka mempunyai silsilah keturunan dari : Sayyidina Alfaqihul Muqaddam
ra., dari Sayyidina Ahmad Almuhajir ra., dari Sayyidina Ja’far Asshadiq ra.,
dari Sayyidina Muhammad Al-Baqir ra., dari Sayyidina Ali Zainal ’Abidin ra.,
dari Sayyidinal Husain ra. dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karromallahu
wajhahu dan Sayyidatina Fathimatuzzhra ra., dari junjungan kita Rasulullah saw.
Dewasa ini, para Habaib di
Indonesia sudah menjadi warga negara Republik Indonesia, karena mereka telah
turun-temurun tinggal di tanah air. Dan mereka juga telah membaur dengan
kebudayaan setempat.
Karena demikian
membaurnya, terkadang tidak jarang identitas mereka sebagai keturunan
Rasulullah saw tidak dikenal khalayak umum lagi. Hal ini terjadi karena sifat
tawadhu yang ada pada dzurriyaturrasul saw ini yang tidak mau menonjolkan
dirinya dan tidak mau mencari ketenaran yang tidak diperlukan oleh agama.
Selain kata Habib, ada
istilah lainnya yang biasa digunakan untuk panggilan kepada anak cucu
Rasulullah saw ini. Misalnya kata Sayyid, Sayyidah, Syarief, dan Syarifah.
Bahkan ada panggilan keakraban yang ambil dari penggalan kata tersebut, seperti
Ayip yang disingkat dari Syarief. Atau Ipah dari kata Syarifah. Atau di Tb dari
Tubagus yang diambil dari kata Thoyyib yang berarti baik. Istilah Tb ini
biasanya untuk anak cucu keturunan Sulthan Hasanuddin Banten yang juga
merupakan keturunan Rasululllah saw.
Alasan mencintai Habaib
Untuk lebih mencintai para
Habaib ini, mari kita menelaah firman Allah swt. dalam suratus Syuraa ayat 23,
sebagai berikut :
Katakanlah olehmu. Aku
tidak minta upah kepadamu dalam menyampaikan risalah ini. Hanya kecintaan
kepada kaum kerabatku.
Keterangannya termaktub
dalam Tafsirul Munir li ma’alimit tanzil, karya Syekh Nawawi Al bantani, juz ke
Il halaman 269, sebagai berikut:
Katakanlah olehmu : Aku
tidak minta kepadamu upah karenanya, kecuali cinta terhadap para keluarga.
Artinya . Katakanlah
olehmu wahai semulia-mulia makhluk, kepada ahli Makkah Aku tidak minta kepadamu
upah sekali-kali atas menyampaikan khabar gembira dan ancaman, tetapi minta
kepadamu kecintaan yang menetap pada ahli kerabat. Dan menyintai keluarga Nabi Muhammad
itu wajib. Telah berkata Imam Syafi’i ra. Wahai pengendara, berhentilah engkau
di tempat melontar Jamroh di Mina.
Dan teriakkanlah terhadap
orang yang mendiami masjid Khaif dan yang bangkit daripadanya diwaktu dinihari
bila melirnpah Jama’ah Haji ke Mina, laksana limpahan air tawar yang melimpah.
Jika yang disebut haluan Rafidhi itu, cinta kepada keluarga Nabi Muhammad. Maka
hendaklah jin dan manusia menyaksikan, sesungguhnya aku ini Rafidhi.
Rafidhi adalah satu
kelompok daripada Ash-habussyi’ah.
Tersebut pula, dalam
Taajuttafsir li kalaami MalikiI Kabir, karya Sayyid Muhammad Utsman Almirghani
juz II,
Katakanlah terhadap mereka
wahai Nabi yang Mulia. Aku tidak meminta kepadamu, (aku tidak menuntut
kepadamu, karena menyampaikan risalah dan keikhlasanku sebagai petunjukku
bagimu), akan upah (manfaat daripadamu) kecuali kecintaan (ada dibaca
mawaddatan) pada para kerabat (Dan bahwasannya kamu sayangi dan cintai
kerabatku karena aku).
Dan tatkala turun ayat
ini, Beliau ditanya orang : “Ya Rasulullah, siapakah kerabat Tuanku?” Beliau
menjawab :”Ali, Fathimah dan anak keduanya.”
Ahlu bait mempunyai
keutamaan, di mana selayaknya kita memuliakan mereka. Yang dikehendaki ahli
bait di sini adalah mereka yang diharamkan menerima shadaqah wajib. Dan mereka
itu menurut Imam kita Syafi’i ra. adalah orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan dari Bani Hasyim dan Bani Muththalib.
Perhatikanlah firman Allah
swt pada suratul Ahzaab ayat 33, sebagai berikut:
Hanyasanya Allah bermaksud
menghilangkan dosa dari kamu wahai ahli bait, dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.
Diriwayatkan dari Ibnu
Umar ra. dari Abi Bakr Ash-shiddiq ra. yang mauquf atasnya:
Indahkanlah Nabi Muhammad
saw dalam ahli rumahnya. (HR. Albukhari).
Menurut An Nawawi dalam
Riyadlush Shalihin :
Makna Indahkanlah adalah
peliharalah, hormatilah, dan muliakanlah dia.
Mengenai apakah Habib itu
diharamkan masuk neraka, dan pasti masuk surga adalah suatu hal yang amat
wajar.
Menurut apa yang
disabdakan oleh Rasulullah saw.:
Karena sesungguhnya Allah mengharamkan
neraka atas orang yang mengucapkan Laailaha illallah, yang dikehendakinya
dengan kata-kata itu adalah ridhanya Allah swt.
Seorang Habib, adalah
anggota keluarga Rasulullah saw. yang patuh dan mengikuti perilaku Rasulullah
saw. Menjalankan perintah, menjauhi larangan, melazimkan sunnah, memberikan
contoh-contoh yang baik sesuai dengan agama Allah, ikhlas, zuhud, wara’ dan
Tawakkal, sesuai dengan janji Allah bahwa mereka inilah penghuni-penghuni surga
dan jauh dari api neraka. Seorang yang dianggap keluarga Rasulullah saw. adalah
mereka yang Taqwa.
Terbukti Abu Lahab, karena
dia tidak beriman, penghalang besar atas perjuangan Rasulullah saw, walaupun
paman beliau sendiri, tetapi bukanlah keluarga dan bukanlah Habib.
Perhatikanlah firman Allah
swt. dalam Surat Hud ayat 45 – 46, sebagai berikut :
Dan Nuh berseru kepada
Tuhannya sambil berkata :”Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku,
dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah yang paling
adil di antara semua Hakim”. Allah berfirman : “Hai Nuh, sesungguhnya dia
bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya merupakan perbuatan yang
tidak baik.”
Wallahu a’lam