Hukum Isbal ( Celana Cingkrang ) oleh Habib Munzir Al Musawwa

Irfan Irawan
6
Hukum Isbal ( Celana Cingkrang ) oleh Habib Munzir Al Musawwa


Isbal (tidak membuat pakaian menjela/memanjang dibawah mata kaki) adalah sunnah Rasul saw dalam sholat dan diluar shalat,

Rasul saw bersabda : “Barangsiapa yg menyeret nyeret pakaiannya (menjela pakaiannya/jubahnya krn sombong maka Allah tidak akan melihatnya dihari kiamat (murka)” lalu berkata Abubakar shiddiq ra : Wahai Rasulullah…, pakaianku menjela.., maka berkata Rasul saw : “Sungguh kau memperbuat itu bukan karena sombong” (Shahih Bukhari Bab Manaqib).

berkata AL Hafidh Imam Ibn Hajar mengenai syarah hadits ini : “kesaksian Nabi saw menafikan makruh perbuatan itu pada ABubakar ra” (Fathul Baari bisyarh shahih Bukhari Bab Manaqib).


jelaslah sudah bahwa perbuatan itu tidak makruh apalagi haram, kecuali jika diperbuat karena sombong, dimasa itu bisa dibedakan antara orang kaya dg orang miskin adalah dilihat dari bajunya, baju para buruh dan fuqara adah pendek hingga bawah lutut diatas matakaki, karena mereka pekerja, tak mau pakaiannya terkena debu saat bekerja,

dan para orang kaya dan bangsawan memanjangkan jubahnya menjela ketanah, karena mereka selalu berjalan diatas permadani dan kereta, jarang menginjak tanah,

maka jadilah semacam hal yg bergengsi, memakai pakaian panjang demi memamerkan kekayaannya, dan itu tak terjadi lagi masa kini, orang kaya dan miskin sama saja, tak bisa dibedakan dengan pakaian yg menjela.

jelas dibuktikan dengan riwayat shahih Bukhari diatas, bahwa terang2an abubakar shiddiq ra berpakaian spt itu tanpa sengaja, namun Rasul saw menjawab : “Kau berbuat itu bukan karena sombong”

berarti yg dilarang adalah jika karena sombong.

Sumber Habib Munzir Al Musawwa

Posting Komentar

6Komentar

  1. Hadistnya jangan di potong2 ustadz,yg lengkap. Abu bakar radhiyallahu ta'ala melakukan itu tidak sengaja,kbetulan beliau kurus dan sarungnya kebesaran tetapi beliau menjaganya agar tidak melorot,terlepas dari itu rosulullah shollallahu 'alaihi wasallam di beberapa hadist yg lain mengingkari perbuatan isbal tanpa nanya ap sombong atau tdk.klu memang dr kaya atau miskinnya penilaian isbal yg benar maka prlu diketahui bahwa abu bakar adl orang yg jg kaya.makanya kita hrus lihat hadist yg lain.apalagi ancamannya berat.maka sbaiknya kita berhati-hati dlam mengamalkan n menyebarkan ilmu.karna hakikatnya kt jg yg akan pertanggung jwabkan perbuatan kt di hari kiamat. Kiranya ini saja dari sya kalau benar dtangnya dr Allah n kalau salah dri diri sya dan syaitan Allah dan rosulNya terbebas dari kesalahan.subhanakallahumma wa bihamdika ashhedualla ilahe illa anta astaghfiruka wa atubuilaik.

    BalasHapus
  2. betul akhi, patokannya adalah niat nya dan memang bukan masuk sampai kepada derajat haram jikapun tetap masih tidak isbal dalam keseharian misal di tempat kerja dan lain sebagainya yang sudah menjadi lumrah (menutup mata kaki) dan berkaitan juga mungkin dengan peraturan di tempat kerja / kepatutan. Jika dikalangan teman2 yang mengamalkan pemahaman isbal harus di semua lini, baik ibadah ataupun keseharian juga lebih bagus tentunya (apabila tempat kerjanya mengizinkan). Namun sekali lagi penekanannya dalam segi ketika solat, adalah sunnah meng-isbalkan sarung atau celana dan menjaga juga dari segala jenis najis yang mungkin bisa terbawa ketika solat / perjalanan menuju masjid. Betul keadaan sayidina Abu Bakar ra. adalah kurus dan kedodoran ketika memakai sarung dan Nabi akhirnya tidak mengkategorikan perbuatan beliau sebagai kesombongan, yg asbabul wurud hadist isbal itu keluar, Wallahu 'alam.,

    BalasHapus
  3. Boleh dibilang saya ini dulu pengguna celana cingkrang (no isbal). Meski saya tak pernah usil mengomentari pengguna celana gondrong. Tapi atas pilihan saya ini banyak sekali orang berkomentar miring terhadap pilihan saya. Dibilang inilah, itulah, dan apalah.

    Dan kalaupun saat ini saya gak pake celana cingkrang lagi. Bukan berarti saya telah berpindah dari sesuatu yang salah kepada sesuatu yang bener, atau sebaliknya. Karena pada akhirnya dua-duanya bener dan gak ada yang salah, Sama-sama punya dalil dan sama-sama punya hujjah. Dan dalam masalah ijtihad, Setiap kita akan sama-sama dapet pahala, dua bagi yang bener dan satu bagi yang salah. Karena yang salah dan gak dapet pahala adalah orang yang kerjanya nyalah-nyahin orang mulu.

    kalau saat ini saya berpindah kembali menggunakan celana yang biasa-biasa aja (ngegantung gak, nyapu jalan juga gak). itu karena perubahan saya aja dalam memahami hukum isbal ini.

    kalau sebelumnya saya memahami bahwa celana isbal-lah yang menyebabkan masuk neraka. Tapi sekarang saya memahami bahwa kesombonganlah yang menyebabkan seseorang masuk neraka.

    kalo sebelumnya saya meyakini bahwa mo sombong atau gak, celana melebihi mata kaki (isbal) tetep haram. Tapi sekarang, mo celana melebihi mata kaki (isbal) atau tidak, kesombongan tetap haram.

    Selain karena dasar berubahnya pemahaman, saya juga berubah karena ulama yang di ikuti, kalau dulu kepada Syeikh Bin Baz rahimahullah. kalo sekarang kepada Al-Hafidz Ibnu Hajar dan Al-Imam An-Nawawi rahimahumallah. Keduanya adalah begawan ulama sepanjang zaman. Dan keduanya mengatakan "bahwa isbal itu hanya diharamkan bila diiringi rasa sombong".

    dan tulisan bukanlah sebuah kebenaran mutlak, tapi hanya sekedar catatan pemahaman yang saya yakini benar. Dan yang berbeda juga tak perlu merasa disalahkan. karena saya juga tidak sedang menyalahkan kebenaran.

    Karena pada akhirnya, tidak ada jaminan kita bisa selamat atas sebuah pilihan yang kita yakini benar, jika nyatanya kita merasa menjadi orang yang paling benar hingga harus menyalahkan orang yang sebenarnya juga belum tentu salah.

    Wa Allahu 'alam..

    BalasHapus
  4. Boleh dibilang saya ini dulu pengguna celana cingkrang (no isbal). Meski saya tak pernah usil mengomentari pengguna celana gondrong. Tapi atas pilihan saya ini banyak sekali orang berkomentar miring terhadap pilihan saya. Dibilang inilah, itulah, dan apalah.

    Dan kalaupun saat ini saya gak pake celana cingkrang lagi. Bukan berarti saya telah berpindah dari sesuatu yang salah kepada sesuatu yang bener, atau sebaliknya. Karena pada akhirnya dua-duanya bener dan gak ada yang salah, Sama-sama punya dalil dan sama-sama punya hujjah. Dan dalam masalah ijtihad, Setiap kita akan sama-sama dapet pahala, dua bagi yang bener dan satu bagi yang salah. Karena yang salah dan gak dapet pahala adalah orang yang kerjanya nyalah-nyahin orang mulu.

    kalau saat ini saya berpindah kembali menggunakan celana yang biasa-biasa aja (ngegantung gak, nyapu jalan juga gak). itu karena perubahan saya aja dalam memahami hukum isbal ini.

    kalau sebelumnya saya memahami bahwa celana isbal-lah yang menyebabkan masuk neraka. Tapi sekarang saya memahami bahwa kesombonganlah yang menyebabkan seseorang masuk neraka.

    kalo sebelumnya saya meyakini bahwa mo sombong atau gak, celana melebihi mata kaki (isbal) tetep haram. Tapi sekarang, mo celana melebihi mata kaki (isbal) atau tidak, kesombongan tetap haram.

    Selain karena dasar berubahnya pemahaman, saya juga berubah karena ulama yang di ikuti, kalau dulu kepada Syeikh Bin Baz rahimahullah. kalo sekarang kepada Al-Hafidz Ibnu Hajar dan Al-Imam An-Nawawi rahimahumallah. Keduanya adalah begawan ulama sepanjang zaman. Dan keduanya mengatakan "bahwa isbal itu hanya diharamkan bila diiringi rasa sombong".

    dan tulisan bukanlah sebuah kebenaran mutlak, tapi hanya sekedar catatan pemahaman yang saya yakini benar. Dan yang berbeda juga tak perlu merasa disalahkan. karena saya juga tidak sedang menyalahkan kebenaran.

    Karena pada akhirnya, tidak ada jaminan kita bisa selamat atas sebuah pilihan yang kita yakini benar, jika nyatanya kita merasa menjadi orang yang paling benar hingga harus menyalahkan orang yang sebenarnya juga belum tentu salah.

    Wa Allahu 'alam..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahlamdulillah jika semua orang satu pemikiran dengan antum, bakal damai bumi Indonesia ini seperti zaman dulu. Kebenaran yang mutlak hanyalah Allah dan Rasulullah yang tau, menghargai pendapat satu sama lain adalah kewajiban, menjaga lisan lebih wajib lagi, dikarenakan Muslim yg selamat adalah yg selamat lisannya. Banyak diceritakan guru-guru saya bahwa sebenarnya Ahlak adalah hasil dari penyerapan, pemahaman dan pengamalan ilmu. lihatlah para ulama yang berbeda pendapat dalam mazhab sekalipun tidak ada yg saling menyalahkan bahkan menghina. Beliau-beliau meletakkan hujjah dengan kapasitas pemahaman masing-masing. Tidak ada yang merasa paling "Aku" paling "Benar sendiri".

      Subhanallah :)

      Hapus
  5. yg penting jangan sombong ajalah jgn byk protes...apapun amalan kita ....sedikit saja ada sombong semua tertolak...neraka tptnya....bykan istighfar...dan sholawat....jgn byk bertanya klw tidak penting...liat hadist lainnya.....biar lebih brtambah ilmu agama ini.....jgn terfokus sama satu masalah aja ...masih byk hal lain atau tersembunyi yg blm kita ketahui...semua ingin masuk surga....siapapun orgnya...tapi hanya allah yg tau siapa yg bakalan masuk syurga bukan manusia..atau yg lainnya......

    BalasHapus
Posting Komentar