Routing Information
Protocol
Routing Information Protocol atau yang dikenal RIP
adalah dinamik routing protokol yang sudah cukup tua. Diciptakan sekitar tahun
1970. Cara kerjanya berdasarkan Distance Vector Routing Protocol,
yang berarti akan mempergunakan pendekatan berapa banyak hop (lompatan) router
yang akan ditempuh untuk mencapai suatu network.
RIP
yang cara kerjanya berdasarkan Distance Vector Routing Protocol memiliki
kelemahan yang dapat terlihat apabila dalam jaringan ada link yang terputus.
Dua kemungkinan kegagalan yang mungkin terjadi adalah efek bouncing dan
menghitung-sampai-tak-hingga (counting to infinity). Efek bouncing dapat
terjadi pada jaringan yang menggunakan metrik yang berbeda pada minimal sebuah
link. Link yang putus dapat menyebabkan routing loop, sehingga
datagram yang melewati link tertentu hanya berputar-putar di antara dua router
(bouncing) sampai umur (time to live) datagram tersebut habis.
Menghitung-sampai-tak hingga terjadi karena router terlambat menginformasikan
bahwa suatu link terputus.
Keterlambatan
ini menyebabkan router harus mengirim dan menerima distance-vector
serta menghitung metrik sampai batas maksimum metrik
distance-vector tercapai. Link tersebut dinyatakan putus setelah
distance-vector mencapai batas maksimum metrik. Pada saat menghitung metrik ini
juga terjadi routing loop, bahkan untuk waktu yang lebih lama daripada apabila
terjadi efek bouncing.
RIP
menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk
mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika
terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap
harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut
(triggered update). Dengan demikian, router-router di jaringan dapat dengan
cepat mengetahui perubahan yang terjadi dan meminimalkan kemungkinan routing
loop terjadi.
RIP mengirim
routing table yang lengkap ke semua interface yang aktif setiap 30 detik. atau
lebih cepat jika terdapat triggered updates. Jika dalam 180 detik sebuah route
tidak diperbarui, router menghapus entri route tersebut dari forwarding table.
RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route. Router harus
menganggap setiap route yang diterima memiliki subnet yang sama dengan subnet
pada router itu. Dengan demikian, RIP tidak mendukung Variable Length Subnet
Masking (VLSM). RIP hanya menggunakan jumlah hop untuk menentukan cara terbaik
ke sebuah network remote, tetapi RIP secara default memiliki sebuah nilai
jumlah hop maksimum yg diizinkan, yaitu 15, berarti nilai 16 tidak terjangkau (unreachable). RIP bekerja baik
pada jaringan kecil, tetapi RIP tidak efisien pada jaringan besar dengan link
WAN atau jaringan yang menggunakan banyak router.
RIP versi 2 (RIP-2 atau RIPv2) berupaya untuk
menghasilkan beberapa perbaikan atas RIP, yaitu dukungan untuk VLSM,
menggunakan otentikasi, memberikan informasi hop berikut (next hop), dan
multicast. Penambahan informasi subnet mask pada setiap route membuat router
tidak harus mengasumsikan bahwa route tersebut memiliki subnet mask yang sama
dengan subnet mask yang digunakan padanya
Kalau kita rangkum RIP punya beberapa sifat dominan atau karakter
- Termasuk Distance-vector routing protocol
- Maximum hop count nya 15
- 16 hop artinya sudah tak terjangkau dalam hitungan metrik
- Hop count adalah metric yang tersedia pada jalur yang ada
- Sifatnya Broadcast routing table yang masuk ke neighbour / tetangganya setiap 30 menit
- Bisa digunakan untuk keperluan balancing
- Mudah di konfigurasi
Contoh Kasus Implementasi RIP
=======================
ROUTER I
=======================
Router>enable
Router#configure terminal
Enter configuration commands,
one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname
Bandung
Bandung(config)#interface
fastEthernet 0/0
Bandung(config-if)#ip
address 172.16.1.1 255.255.255.0
Bandung(config-if)#no
shutdown
%LINK-5-CHANGED: Interface
FastEthernet0/0, changed state to up
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line
protocol on Interface FastEthernet0/0, changed state to up
Bandung(config-if)#exit
Bandung(config)#interface
serial 2/0
Bandung(config-if)#ip
address 172.16.2.1 255.255.255.0
Bandung(config-if)#clock
rate 56000
Bandung(config-if)#no
shutdown
%LINK-5-CHANGED: Interface
Serial2/0, changed state to down
Bandung(config-if)#exit
Bandung(config)
==========================
router 2
==========================
Router>ena
Router#configure terminal
Enter configuration commands,
one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname
Jakarta
Jakarta(config)#interface
serial 2/0
Jakarta(config-if)#ip
address 172.16.2.2 255.255.255.0
Jakarta(config-if)#clock
rate 56000
Jakarta(config-if)#no
shutdown
%LINK-5-CHANGED: Interface
Serial2/0, changed state to up
Jakarta(config-if)#exit
Jakarta(config)#interface
fastEthernet 0/0
Jakarta(config-if)#ip
address 172.16.3.1 255.255.255.0
Jakarta(config-if)#exit
Jakarta(config)#interface
serial 3/0
Jakarta(config-if)#ip
address 172.16.4.1 255.255.255.0
Jakarta(config-if)#clock
rate 56000
Jakarta(config-if)#no
shutdown
%LINK-5-CHANGED: Interface
Serial3/0, changed state to down
Jakarta(config-if)#exit
Jakarta(config)#interface
fastEthernet 0/0
Jakarta(config-if)#no
shutdown
%LINK-5-CHANGED: Interface
FastEthernet0/0, changed state to up
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line
protocol on Interface FastEthernet0/0, changed state to up
Jakarta(config-if)#exit
Jakarta(config)#
================
router 3
Router>ena
Router#configure terminal
Enter configuration
commands, one per line. End with CNTL/Z.
Router(config)#hostname
Surabaya
Surabaya(config)#interface
serial 2/0
Surabaya(config-if)#ip
address 172.16.4.2 255.255.255.0
Surabaya(config-if)#clock
rate 56000
Surabaya(config-if)#no
shutdown
%LINK-5-CHANGED: Interface
Serial2/0, changed state to up
Surabaya(config-if)#exit
Surabaya(config)#
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line
protocol on Interface Serial2/0, changed state to up
Surabaya(config)#interface
fastEthernet 0/0
Surabaya(config-if)#ip
address 172.16.5.1 255.255.255.0
Surabaya(config-if)#no
shutdown
Surabaya(config-if)#
%LINK-5-CHANGED:
Interface FastEthernet0/0, changed state to up
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line
protocol on Interface FastEthernet0/0, changed state to up
Surabaya(config-if)#exit
Surabaya(config)#
Surabaya#
======================
RIP
KONFIGURASI
======================
Bandung(config)#
%LINK-5-CHANGED: Interface
Serial2/0, changed state to up
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line
protocol on Interface Serial2/0, changed state to up
Bandung(config)#router rip
Bandung(config-router)#network
172.16.1.0
Bandung(config-router)#network
172.16.2.0
Bandung(config-router)#exit
Jakarta(config)#
%LINK-5-CHANGED: Interface
Serial3/0, changed state to up
%LINEPROTO-5-UPDOWN: Line
protocol on Interface Serial3/0, changed state to up
Jakarta(config)#router rip
Jakarta(config-router)#network
172.16.2.0
Jakarta(config-router)#network
172.16.3.0
Jakarta(config-router)#network
172.16.4.0
Jakarta(config-router)#exit
Jakarta(config)#
Enter configuration
commands, one per line. End with CNTL/Z.
Surabaya(config)#router rip
Surabaya(config-router)#network
172.16.4.0
Surabaya(config-router)#network
172.16.5.0
Surabaya(config-router)#exit
Surabaya(config)#
====================
LIHAT HASILNYA
=============
Bandung>enable
Bandung#show ip route
Codes: C - connected, S -
static, I - IGRP, R - RIP, M - mobile, B - BGP
D - EIGRP, EX - EIGRP external, O -
OSPF, IA - OSPF inter area
N1 - OSPF NSSA external type 1, N2 -
OSPF NSSA external type 2
E1 - OSPF external type 1, E2 - OSPF
external type 2, E - EGP
i - IS-IS, L1 - IS-IS level-1, L2 -
IS-IS level-2, ia - IS-IS inter area
* - candidate default, U - per-user
static route, o - ODR
P - periodic downloaded static route
Gateway of
last resort is not set
172.16.0.0/24 is subnetted, 5 subnets
C 172.16.1.0 is directly connected,
FastEthernet0/0
C 172.16.2.0 is directly connected,
Serial2/0
R 172.16.3.0 [120/1] via 172.16.2.2,
00:00:09, Serial2/0
R 172.16.4.0 [120/1] via 172.16.2.2,
00:00:09, Serial2/0
R 172.16.5.0 [120/2] via 172.16.2.2,
00:00:09, Serial2/0
Jakarta>enable
Jakarta#sho ip route
Codes: C - connected, S -
static, I - IGRP, R - RIP, M - mobile, B - BGP
D - EIGRP, EX - EIGRP external, O -
OSPF, IA - OSPF inter area
N1 - OSPF NSSA external type 1, N2 -
OSPF NSSA external type 2
E1 - OSPF external type 1, E2 - OSPF
external type 2, E - EGP
i - IS-IS, L1 - IS-IS level-1, L2 - IS-IS
level-2, ia - IS-IS inter area
* - candidate default, U - per-user
static route, o - ODR
P - periodic downloaded static route
Gateway of
last resort is not set
172.16.0.0/24 is subnetted, 5 subnets
R 172.16.1.0 [120/1] via 172.16.2.1,
00:00:09, Serial2/0
C 172.16.2.0 is directly connected,
Serial2/0
C 172.16.3.0 is directly connected,
FastEthernet0/0
C 172.16.4.0 is directly connected,
Serial3/0
R 172.16.5.0 [120/1] via 172.16.4.2,
00:00:14, Serial3/0
Jakarta#
Surabaya>enable
Surabaya#sho ip ro
Codes: C - connected, S -
static, I - IGRP, R - RIP, M - mobile, B - BGP
D - EIGRP, EX - EIGRP external, O -
OSPF, IA - OSPF inter area
N1 - OSPF NSSA external type 1, N2 -
OSPF NSSA external type 2
E1 - OSPF external type 1, E2 - OSPF
external type 2, E - EGP
i - IS-IS, L1 - IS-IS level-1, L2 -
IS-IS level-2, ia - IS-IS inter area
* - candidate default, U - per-user
static route, o - ODR
P - periodic downloaded static route
Gateway of
last resort is not set
172.16.0.0/24 is subnetted, 5 subnets
R 172.16.1.0 [120/2] via 172.16.4.1,
00:00:08, Serial2/0
R 172.16.2.0 [120/1] via 172.16.4.1,
00:00:08, Serial2/0
R 172.16.3.0 [120/1] via 172.16.4.1,
00:00:08, Serial2/0
C 172.16.4.0 is directly connected,
Serial2/0
C 172.16.5.0 is directly connected,
FastEthernet0/0
Surabaya#