Melanjutkan
bahasan pertama tentang sejarah TV Kabel, pada sesi kali ini akan saya coba
bahas tentang teknologi terkini CATV. Bagaimana cara kerjanya secara singkat,
sehingga bisa dinikmati pelanggan dengan mudah dan banyak fitur layanan lainnya
yang ditransmisikan dalam satu media (bisa berupa kabel atau parabola).
TV Cable berdasarkan media jaringannya bisa dibagi beberapa macam, namun yang popular digunakan adalah FTTH, ADSL, Satelit dan HFC
Berbasis :
Adapun berdasarkan media akses tersebut bisa disimpulkan
Perbadingan Teknologi
TV Cable berdasarkan media jaringannya bisa dibagi beberapa macam, namun yang popular digunakan adalah FTTH, ADSL, Satelit dan HFC
Berbasis :
•
Kabel (Coaxial, Pair cable)
•
Optik (HFC, FTTH, FTTC)
•
Wireless (Satelit, LMDS, MMDS)
Note :
•
HFC = Hybrid Fiber Coax
•
FTTH = Fiber To The Home
•
FTTC = Fiber To The Curb
•
LMDS = Local Multipoint Distribution
System
MMDS =
Multichannel Multipoint Distribution System
Adapun berdasarkan media akses tersebut bisa disimpulkan
Tipe Akses
|
Potensial Bandwidth (MHz)
|
Jarak (KM) |
Cooper
|
10
|
1-2
|
Coax
|
1,000
|
1 - 10 |
Fiber Optik
|
25,000,000
|
100 |
Perbadingan Teknologi
Item
|
ADSL
|
HFC
|
FTTH
|
Biaya perangkat |
Relatif tinggi |
Relatif murah |
Tinggi
|
Biaya penggelaran |
Relatif Murah |
Tinggi |
Sangat tinggi |
Time to Market |
Paling cepat |
Lama |
Lama |
Kemudahan migrasi
antisipasi kebutuhan BW |
Terbatas sampai 8 Mbps |
Lebih fleksibel (100Mbps) dan bisa migrasi ke FTTH |
Sangat
fleksibel dengan BW yang besar |
Kesesuaian
dengan layanan saat ini |
sesuai |
sesuai |
Sangat
sesuai |
Kemudahan
operasional |
Mudah |
sulit |
sulit |
Perbandingan biaya investasi dan maintenance FTTH
Type
biaya |
Penghematan biaya 20 tahun |
Tenaga
listrik |
>$200 |
Pemeliharaan
metalik |
>$200 |
Pemeliharaan
lainnya |
~$100 |
Perlengkapan
pelayanan |
~$50 |
Tabel 1 Penghematan biaya
operasi dari FTTH per pelanggan dibandingkan dengan FTTC atau HFC selama
perioda 20 tahun (sumber : www.rr.cs.cmu.edu)
Secara umum ada beberapa macam teknologi diantaranya :
1.
FTTH
(Fiber To The Home)
Salah
satu provider yang menggunakan teknologi ini adalah Innovate brand dari Moratel,
Indihome brand dari Telkom, dan diproyeksikan juga Firstmedia mengadopsi
teknologi ini dalam ekspansi jaringan di kota / area baru.
Teknologi fiber merupakan media yang
tidak diragukan untuk menyediakan bandwidth yang besar, tidak dipengaruhi
interferensi gelombang elektromagnetik, bebas korosi dan menyediakan rugi-rugi
minimal untuk transportasi data. Sekarang ini kebanyakan dari backbone jaringan
telah dikonstruksikan dengan fiber optik tetapi hubungan terakhir ke rumah
tangga kelihatannya tidak mungkin bagi fiber. Alasan utama untuk ini adalah
usaha multimedia belum matang untuk menjamin bahwa kenyataan yang ada
membutuhkan hubungan yang haus akan bandwidth. Alasan lain adalah bahwa
instalasi fiber kelihatan sebagai usaha yang mahal yang tidak dapat digantikan.
Secara simple nya, sekali instalasi
teknologi FTTH akan mengembangkan industri multimedia, untuk kemudian FTTH akan
ada kemungkinan untuk menyampaikan layanan multimedia seperti HDTV, download
musik dan video. Ini akan mempunyai dampak yang besar dalam dunia ekonomi dan
akan menyaksikan bentuk baru yang muncul dari dunia bisnis dalam sektor teknologi.
Juga operator jaringan akan menghasilkan keuntungan baru untuk meningkatkan
transfer data, dan dapat menutupi biaya instalasi dari jaringan FTTH.
Pada tahun 1970 – an, perusahaan telepon
dan TV kabel menyadari akan keuntungan dari menggantikan kabel metalik dengan
fiber. Belum berkembangnya teknologi fiber optik disebabkan karenya biaya untuk
membangun jaringan fiber optik yang sangat tinggi. Tetapi untuk beralih dengan
fiber optik, perusahaan telepon dan TV kabel investasi dalam Fiber To The Curb
(FTTC) dan Hybrid Fiber / Coax (HFC), yang sebagai strategi untuk menggunakan
teknologi fiber optik pada saluran trunk, tetapi menggunakan teknologi
konvensional dalam menghubungkan pemakai ke jaringan menggunakan kabel metalik.
Dengan strategi ini perusahaan telepon dan TV kabel konstruksikan sebuah
jaringan yang biaya dari fiber optik dibagikan diantar banyak pemakai. Pada
saat ini betul – betul dipertimbangkan tidak menguntungkan untuk beralih ke
Fiber To The Home (FTTH), semua jaringan fiber optik mampu untuk menyediakan
keuntungan – keuntungan dari fiber kepada pemakai
Gambar Typical jaringan FTTH, drop
pelanggan sepenuhnya menggukanan fiber optik
Sumber : http://www.elektroindonesia.com/
2.
HFC
(Hybrid Fiber Coaxial)
Penggunaan
teknologi HFC menjadi primadona di berbagai provider TV berbayar (PayTV) di
dunia termasuk juga di Amerika, Thailand, tentunya juga di Indonesia yang
diadopsi oleh Firstmedia kali ini ekspansi are coverage besar-besaran dihandle
oleh anak perusahaannya yaitu PT Link Net, Tbk.
Secara
umum HFC (Hybrid Fiber Coaxial) diartikan teknologi tersebut menggabungkan
penggunaan Fiber optic dan cable coaxial sampai ke pelanggan tanpa menggunakan
media parabola. Head-End sebagai pusat
pengolahan data dan video sangat dibutuhkan pada teknologi ini, di dalamnya
banyak perangkat yang mempunyai fungsi khusus diantaranya Modulator, Satelit
Receiver, Fiber Transmitter/receiver, CMTS, node dan masih banyak lagi. Untuk meluaskan
cakupan area (coverage area) untuk pelanggan, maka dibutuhkan HUB yang dibangun
di wilayah tertentu, Hub sama persis seperti Head-End, namun minus Satelit
receiver. Kemudian dari Hub tersebut akan didistribusikan ke permukiman warga,
dibutuhkan perangkat Node (biasanya diletakan ditempat yang strategis) yang
berfungsi sebagai terminator antara fiber optik dan cable coaxial. Keluaran atau
output dari node menggunakan cable coaxial dan dihubungkan melalui alat yang
disebut Amplifier. Untuk supplay power kedua alat tersebut digunakan power
supply, dikarenakan perangkat tersebut kita kenal sebagai perangkat aktif yang
membutuhkan power. Melanjutkan dari Amplifier tersebut disebarkan ke alat yang
disebut TAP yang berfungsi untuk mendistribusikan signal ke rumah pelanggan,
pada praktiknya pemasangan TAP akan mengikuti konfigurasi Tiang PLN / tarikan
kabel PLN. Dari Tap tersebut kemudian diterminasikan ke rumah pelanggan melalui
alat yang disebut Splitter yang membagi signal ke STB (Set Top Box) untuk
keperluan TV Cable dan satu lagi dikoneksikan ke Cable Modem untuk keperluan
Internet. signal Upstrem ada di kisaran frekuensi 5-65 Mhz dan frekuensi Downstream ada di kisaran 88-860 Mhz.
Secara
umum teknologinya bisa digambarkan sebagai berikut.
3.
ADSL
(Asymmetric Digital Subscriber Line)
ADSL singkatan dari Asymmetrical Digital
Subscriber Line. ADSL ini memberikan kecepatan downstream (dari Internet ke
pelanggan) lebih besar dari pada kecepatan upstream (dari pelanggan ke
Internet) sehingga disebut asymetric. Sehingga modem ini tidak cocok digunakan
dikalangan industri atau bisnis yang membutuhkan kecepatan upload dan download
yang besar (Perusahaan Web Server). Modem ADSL hanya digunakan untuk kalangan
pelanggan rumahan atau warnet.
ADSL adalah salah satu jenis
dari DSL. ADSL memakai sinyal frekuensiantara 20 KHz sampai 1 MHz. Sementara
untuk penggunaan ADSL di Indonesia dengan program Telkom Speedy. ADSL
menggunakan local loop untuk menghubungkan antara perusahaan telphone dengan
pelanggannya. Local loop adalah saluran fisik (kabel telphone) yang digunakan
untuk menghubungkan pelanggan dengan penyedia jasa komunikasi dalam hal ini
Telkom. Ada dua sisi dari peralatan
ADSL, satu di sisi pelanggan (disebut CPE, CustomerPremised Equipment) dan satu
lagi di sisi TELKOM. Di sisi pelanggan harus ada penerima DSL (modem ADSL) dan
splitter. Di sisi TELKOM terdapat ADSL multiplexer disebut DSLAM (Digital
Subscriber Line Access Multiplexer) untuk menerima sambungan dari pelanggan.
Teknologi ADSL adalah teknologi yang adaptif. Bandwidth kabel telphone sebesar
1,104 MHz hanya secara teori saja karena tidak bisa maksimal digunakan sebesar
itu. Teknologi tersebut sudah banyak ditinggalkan dikarenakan banyak kekurangan
dan rentan terhadap gangguan, disamping kalah bersaing dengan provider lain
dengan teknologi yang lebih mutahir
Gambar
Konfigurasi ADSL
4.
Satellite
Media lain yang juga sangat menarik
dalam industri televisi berlangganan kita adalah satelit. Satelit adalah
perangkat yang digunakan untuk menangkap saluran dan dikirim berupa sinyal ke
kabel yang terpasang pada dekoder.
Gambar Teknologi umum TV Satelit
Indovision
Indovision yang telah mengklaim sebagai
penyedia layanan televisi berlangganan pertama di Indonesia dengan sistem DBS
memulai operasi dengan menggunakan frekuensi C-Band melalui satelit Palapa C-2
pada awal tahun 1994, sampai akhirnya menggunakan perangkat S-Band melalui satelit
INDOSTAR-1 atau lebih dikenal dengan nama CAKRAWARTA-1 pada akhir tahun 1997.
Beberapa belas tahun yang lalu, S-Band banyak digunakan untuk keperluan
militer, namun, saat ini telah banyak digunakan untuk kepentingan komersial.
Dengan beroperasi pada frekuensi 2.5 GHz, S-Band cocok diaplikasikan untuk
wilayah Indonesia yang tropis.
Pada Mei 2009, Indovision meluncurkan
Satelit INDOSTAR-2 guna menggantikan posisi Satelit INDOSTAR-1. Masih dengan
menggunakan frekuensi S-Band, INDOSTAR-2 dioperasikan untuk mendukung transmisi
teknologi penyiaran paling terbaru sehingga dimungkinkan untuk mendapat
kapasitas 2 kali lipat dibandingkan satelit berikutnya.
TransVision (sebelumnya bernama
TelkomVision)
PT. Trans Corp (yang sebelumnya dikelola
oleh PT. Telkom) menawarkan dua pilhan sekaligus, TV berbayar melalui media
satelit (Direct To Home) serta TV Kabel(Digital CATV Broadband) dengan nama
TransVision. Untuk layanan satelit di kota-kota besar, Trans Corp yang bekerja
sama dengan Telkom turut menyediakan akses Internet yang diberi nama Telkom
Speedy dan TV berlangganan melalui sistem protokol internet yaitu Groovia TV.
TransVision ini menggunakan frekuensi transmisi satelit C-Band yang beroperasi
pada level 4-6 GHz. Penggunaan frekuensi satelit C-Band ternyata memiliki
kemampuan terbatas dalam menghindari interferensi sistem gelombang mikro dan
terestrial.
Proses penyiaran
Mekanisme penyiaran satelit untuk
televisi berlangganan umumnya sama, dimulai ketika provider memancarkan
siarannya ke satelit (uplink) lalu kemudian sinyal tersebut ditransfer dan
dikirim lagi menuju ke bumi (downlink). Di Indonesia kita bisa mengakses
siaran-siaran TV dari Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dll. Siaran tersebut
pertama kali dipancarkan dari tempat produksi siaran dilakukan, kemudian
dipancarkan kembali melalui satelit di Indonesia sampai akhirya kita bisa
menikmati ratusan tayangan dari berbagai negara di dunia. Siaran dari satelit
penyedia tersebut dapat diterima pelanggan yang telah dilengkapi alat
bernamadecoder. Dengan menggunakan media penyaluran satelit, suatu program
televisi dapat dinikmati sejauh kita memiliki akses untuk menangkap sinyal
uplink satelit induk. Selain itu, yang menarik dari sistem berlangganan program
TV dengan menggunakan satelit adalah adanya pengacakan sinyal (scramble).
Artinya, sinyal yang dikirim oleh satelit diacak terlebih dulu, sehingga hanya
orang yang memiliki decoder saja yang dapat mengakses program siaran tersebut.
Alat penangkap sinyal satelit
Alat utama untuk bagian ini adalah:
Antena parabola
Untuk mengakses beberapa bahkan sampai
ratusan saluran televisi, kita harus memiliki alat-alat penangkap sinyal
satelit. Beberapa Peralatan tersebut antara lain :
- Satellite dish (Out Door Unit): komponen ini berbentuk seperti antena parabola dengan diameter sekitar 60-180 cm.
- Decoder: Alat yang berfungsi mengakses layanan seperti penggantian saluran.
- Smart card: Alat untuk mengakses sistem.
Noted from Wikipedia.com dan Modul 9 - CATV and HFC - Teknik Elektro STT Telkom